SENI ZIARAH
__ rindu ziarah yang pasrah, ayah!
A_
tak kubiarkan rindu jadi penjara
dilepasnya ke kabut di rimbun daunan
seutas tali putih memisahkan hitam
aku menerobos, masuk penuh sayang
sumur air kehidupan, timbanya ramah,
membersihkan muka berdebu perjalanan
“Kapan perkawinan angin dan pohonan diselenggarakan dalam angan angan?”
B_
tak sejengkal pun tubuh indah kekasih, kumiliki, hampa bergiliran dengan bising
amat liar lenganmu menghela, hai puan!
luruh di dingin pagi; keringat mengkristal,
hasrat tak beradat kukubur di batuan kars jejak kaki manusia purba
biarlah jadi pujaan wisatawan
atau peladang tua
lembut menabur bunga
tak ada bekasnya, lenyap ujungnya.
/Gunung Bandera, 30 April 2023
___________________
TITIK KULMINASI
ratusan puisi ditulis di layar cahaya,
berjejal minta dimuat di cetak
koran dan buku seperti adik kakak
perutnya selalu lapar, dihantui kematian
yang matinya kekurangan minuman
makanan dan asupan – pelukan cinta:
Percayalah ke lelaki kulminasi buronan tinggalkan surga, bebas kawinan di gua
Jutaan kata jadi piramida pengorbanan, malamnya bertekuk lutut di dalam kitab Tuhan sebut penyair laknat, tiada iman,
Tuhan panggil mesra penyair balada;
“Epikmu pelajaran dari buku terbentang”.
Ribuan puisi mati di ruang pelenyapan
Tak ada renungan juga keramaian rasa,
penjual ayat memberinya rumah mewah.
Pagi sampai senja
di otak kosong, angan bertepuk tangan
raga diseret pikiran
Di rasa yang sepi, guguran daun pun hina
Kita buat pengajian, tumpahkan airmata
Suburkan kebun, serahkan pada hujan
Kita anak-anak Petani Cinta, tanamilah!
Senja ke malam,
pelan-pelan jalannya dari Tuhan,
tergesa-gesa jebakannya setan
/Kp.Gunung Bentang, 2 April 2023
______________
CATATAN PASKAH TERPERCIK DARAH
Berat kulanjutkan percakapan ini kawan,
kita makan enak dibalut lampu kota,
di sudut jalanannya anak gelandangan mencari sisa makanan di bak-bak sampah, masihkah berdarah?
Malam heningnya aku bisu
tak mampu tawasul kepada Isa, santa. Perutku mendadak mual mencicipi pizza, mataku terluka anak pemulung lewat depan cafetaria.
Susah benar bahagiaku meraja
tengah derita negeri disalib corona,
langkah kerap terpasung pelupuh bambu Wajah Yesus sedikit murung disana,
ya ia yang agung mendekat
– senyap di rambut panjangnya berontak, tangan sutranya menghapus debu
di rambut orang-orang dusun,
lalu menatapku; “Mengapa kau diam Sukmanbrata? Ini masa bukan bertapa! Temuilah saudaramu yang merana kerna cinta ke imamku pemilik zaman.
Kota dan desa lenyap maknanya tanpa tetesan darah”
Eli! Eli, lama sabakhtani! Lama betul Tuhan penuhi dunia dengan kupu kupu, lama nian munculkan Mahdi Sang Ratu, apa Tuhan menahan lapar melihat yang dianiaya, rumah kami di rusak, gereja kami di bom, tidak ada pengadilan bagi dalang perusak hutan kayu cendana. Dijual di pasar bebas ditawarkan penuh belas.
Setiap Paskah aku cemburu ke batu batu tapi bukan ke Borobudur,
aku mengadu di batu Gunung Padang.
Orang timur tidaklah larut ke leluhur, cuma terjebak di lagu, lihatlah buyung!
hutan lebur jadi bubur kertas dan tissu, gunung diperkosa – pasirnya untuk istana;
kau berkata di beranda dunia maya, “Yesus dan Muhammad adalah titian harapanku, janganlah dilarang berdoa gaduh”
Tak mau mendengar ocehan si burung pembunuh yang mengajarkan Kabil pendengki yang bingung,
aku tulis puisi ini, semoga esok hari dengan hanya rindu modal cinta padamu, sampai di telaga Kautsar
Eliya, tuankah pemegang tiket surga?
Eli, Eli datanglah Sabakhtani
Tuhan di kerajaan hati.
Sontak bom meledak melukai diri
: setitik lumpur
terbawa kupu-kupu
darah di dahiku
Eli! Eli, mana Mahdi Ratu Adil?
aku didalam kabut, sendiri,
Kau tahu mimpi sudah diambil langit
/Rajamandala, 3 April 2021 – Mei 2023
——————
PANGALENGAN SI JUWITA
Tak tersamarkan
di hujan Pangalengan
guguran bunga
Pelangi senjakala
manis berbaris – panjang berbicara;
“Priangan si jelita apa masih berpakaian? Dandanannya memberatkan mata”.
Air jatuh dari daunan
di rambut hitam kenangan,
di rambut putih perak sekarang, dan yang akan datang
Bersinar, ya sinarnya
merambati dedaunan Kelestarian setia di sayuran palawija;
“Kamu tinggal jaga!”
Badan menggigil,
hutan pinus termanis
naungan kopi
Lengkungan alis lembah tak berkutik, dipeluk dicium ribuan peri,
“Ah pencuri biji kopi itu akan selamanya hidup miskin” bisik petani
rintik menumbuk
harum kopi membungbung
setiap bunga gugur itu
bakal biji kopinya hancur,
kerugian jadi kidung
dibawa angin gunung
Hening alam mengatur
— Akang jangan murung, ayo tiup seruling bambu, petik kecapi buhun biar Sanghyang Rumuhun menggantikan dengan sayur mayur!
sehelai bolong
kaki hujan menotok
cabangnya kosong
nyaman saat melongpong
Kebun Sindangkerta serupa lorong
Gigi gemertak
kopi batok kelapa
senyuman hangat
menambahkan nikmat perjumpaan
Tebalnya musim dingin
dibawa ke tepian bukit
mimpi menari di biji – biji kopi
Si hitam manis kupetik
si pahit bernyali kulukis di hati
Tak terbantahkan
bulan di kedinginan
luwak menangis
Tak terlupakan
kaki hujan perkasa buyarkan puncak harapan
bunga flamboyan terbang,
— Hai gadis kuning langsat, topi bambumu terbang!
Semua cerita menyebar bersamaan si senyap akar liana cepat merambat ke ketinggian, jauh ke kesunyian belantara
di bibit kopi,
akar dua di gunting
sela gerimis pagi
tumbuh di dua musim;
— Pilih satu akar lurus agar tumbuh terurus!
Kelokan hutan gunung Puntang merajuk jiwaku;
“Tunggu wahai janda kembang!
Kabut tebal o selimut, hangat ya dekapanku”.
Di pabrik kopi
dingin gerimis mati
sebatok habis
Meloncati kecintaan
suka duka ih, mainan
Pergi dan kembalinya ya ke kampung halaman;
“Jangan sia-siakan istri, ia menunggu di gapura desa!”.
/Pangalengan, 6 Juni 2020-Mei 2023
*Pangalengan: kawasan pegunungan yang merupakan area perkebunan agrobisnis, perkebunan teh dan perkebunan kopi yang berudara sangat dingin di Bandung Selatan Jawa Barat.
__________________
BALADA SI PERUSUH PEMBAWA BATU (1)
Kabut itu menurun
Semua pemburu berlabuh
Daunan hidup di tangan waktu
Meneteskan rindu tanpa berujung
Lelaki belia meninggalkan kampung.
Kabut memeluk daun
Tiada tanda peronda batuk
Genap sudah dikau memelukku
Kaki zaman mengacak-ngacak rambut
Lelaki pemalu itu bergegas turun gunung.
Kabut pun luruh
Bayangan bulan pergi menjauh
Mata tajam di dahan pohon jambu
Siapa yang bergerak pun mengaduh
Lelaki itu bergabung di barak perusuh.
Kabut telah jatuh
Sekelebat fajar penuh
Terminal riuh juga pasar gaduh
Telinga sukma tertutup debu nafsu
Lelaki yang tertipu menumpukkan batu.
Pagi mulai berdebu
Makan nasi sebungkus
Hidup wajar akan dibunuh
Masuk jalan tikus pasar rumput
Lelaki belia terbakar api cemburu.
Matahari kian penuh
Aspal panas tersentuh
Polisi berbaris rapat penuh
Teriakan cacian menghambur
Lelaki belia sigap mengambil batu.
Tidak! dimanakah Tuhanku
Menganggur bertahun tahun
Ayah Ibuku telah pindah kampung
Tak peduli wajah ramah selalu untung
Lelaki belia melemparkan keras bebatu.
Matahari ikut kisruh
Api jalanan sampai ke ubun
Jauh dari indah sungai gemuruh
Panas membara sekeliling jantung
Lelaki belia itu terus menghujani batu.
Berdarah, oh darah mengucur
Pipi sebelah polisi muda hancur
Tipuan demi tipuan seolah mundur
Oh aku tergusur setan berekor buntung
Lelaki malang dari dusun itu terbujur kaku.
/Cipatat,15 Juni 2019 – Mei 2023
*kisah pemuda perusuh di waktu Pilpres Indonesia di Mei – Juni 2019
RIWAYAT PENYAIR
JANG SUKMANBRATA
Lahir di Bandung, 17 Agustus 1964. Karyanya dulu tahun 1980an semata puisi lirik bebas, kini banyak menulis puisi beragam genre; lirik, balada, tanka dan haiku dalam 2 bahasa: bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Puisinya tersebar di buku antologi puisi Negeri Pesisiran, Negeri Rantau; DNP 2019 – 2020, Raja Kelana DNP 2022, buku Antologi Puisi HPI 2021 & 2023, buku Antologi Puisi Para Penyintas Makna & Antologi Larung Sastra – Dapur Sastra Jakarta th.2021 & 2023, di beberapa buku antologi lainnya, 30 haiku-dan puisinya di koran PosBali, Nusabali, Bali Pos, Pikiran Rakyat, Bernas, Masa Kini, KR Yogya, Mjl.Basis dan medcet lainnya di seluruh Indonesia. Puisi tanka dan haiku-nya di setiap buku Antologi Newhaiku – KKK, di SKSP Literary, mjl.Elipsis, Balipolitika, Tatkala, IdeSastra, Semesta Seni, SastraMedia.com, HOMAGI International, berbagai majalah digital – internet – blog, FB dan IG.