Konstanta
hidup
ini cadas semata
maka
bangunlah semacam waduk atau telaga
untuk
menampung banjir bandang luka-luka
meneroka
hari depan yang tampak cuma ancaman
tajam
kecemasan kerap merobek jaring harapan
maka
rapikan kembali ingatan agar pulang pada keberanian
kesepian
adalah kawan paling karib dalam pencarian
penderitaan
adalah pelajaran umum dalam buku diktat kehidupan
dan
duka cita akan digantikan dengan penghiburan
Mengangan Puisi di Atas Kuda Besi
:
kepada bayu
seperti
bensin dalam tangki motor tua tak terpakai
tahun-tahun
menguap di udara yang sesak
oleh
rencana-rencana umat manusia
rasanya
baru tadi pagi bising knalpotmu
merisak
nyenyak tidurku
tahu-tahu
aku terbangun pada irisan waktu
yang
tak begitu kuakrabi
ingin
kuraih lagi masa-masa itu
ketika
hari-hari berjalan langsam
dan
warung kopi adalah rumah
tempat
rebah bagi lelah dan gundah
ingin
kugapai masa-masa itu
ketika
ketidakpastian bukanlah beban
dan
dengan uang recehan di tangan
kita
tak bergeming menatap hari depan
tapi
waktu telah membawa kita bertamasya
jauh ke
tempat-tempat yang tak pernah kita duga
biarlah
puisi ini mereka ulang
segala
yang silap, segala yang hilang
Kota Kecilku Tak Henti Merias Diri
terang
sinar bohlam meretas kelam malam
mengabur
batas antara kerja dan diam
di
pertigaan kendaraan riuh berseliweran
seperti
pikiran yang dikeruhkan kebutuhan
senja
mengarus ke selatan
satu
lapak koran masih bertahan
di
pabrik-pabrik terlihat
truk-truk
sibuk bongkar-muat
orang-orang
berjalan kaki
berburu
outfit biar terlihat trendi
di
utara penuh dengan penjual makanan
nasi
goreng, mi ayam, bakso hingga jajanan kekinian
disusul
dengan deret toko-toko
pusat
perbelanjaan gawai dan elektro
dan barbershop bermunculan
tempat
kawula muda mematut penampilan
dan coffe shop bermunculan
tempat
nongkrong rasan-rasan masa depan
“angin
kemajuan tak terhindarkan. menyapu
seluruh
permukaan kota kecilku.”
Ibu Setelah Ibu
ibu
setelah ibu mengajariku cara jitu menuliskan bab satu
sebagai
pendahuluan dalam hidup mesti rendah hati selalu
ibu
setelah ibu mengajariku bahwa menuliskan bab dua
harus
memiliki landasan kebijaksanaan dalam menyikapi segala sesuatu
ibu
setelah ibu meyakinkanku pada bab tiga, bahwa untuk merampungkan
ragam
rupa persoalan memerlukan metode yang tepat
ibu
setelah ibu mengajariku menuliskan bab empat, bahwa hidup senantiasa
membutuhkan
pembahasan yang cermat hingga mencapai penyelesaian yang akurat
ibu
setelah ibu mengajariku menuliskan bab lima, bahwa simpulan
atas
hidup yang kadang membingungkan tak lain ialah keberterimaan
Susur Pasar
pasar
ialah kencang debar
yang
terus memberi kabar
kepada
hari-hari gusar
rasa
lapar ialah fondasi
bagi
perjumpaan penjual dan pembeli
meski
hidup tak melulu soal untung-rugi
dalam
tanah tumbuhan berakar
dalam
tanah mata air meruah segar
dalam
pasar hidup yang hidup berpendar
Aditya
Ardi N, penyair yang lahir di Ngoro, Jombang, Jawa Timur. Buku Puisinya yang telah terbit antara lain Mobilisasi Warung Kopi (2011); Mazmur dari Timur (2016); Manifesto
Koplo (2019). Beberapa
karya puisi dan esai dimuat di media online/cetak lokal maupun nasional. IG:
@aditya_ardi_n