RIBUAN
DAUN GUGUR DI GUNUNG KAPUR
___ pemandangan
di Nusa Antara
saatnya
nanti aku tidur,
jendela
tutup, dan tolong kalungkan rangkaian bunga
ragu
dilebur – dihempas angin debu
ratusan
ribu tahun kutempuh
untuk
turun ke dunia,
melalui
jalan setapak gunung kapur
Jalanan
ibukota, oh dirusak perusuh,
debu
kotanya berhamburan masuk ke rumah orang-orang miskin, pilu, bingung, malu
menyebut Tuhan
Separuh
gunung-gunung hilang,
penambangan
batu tak terbendung
Dibawahnya
bukit kapur
dibangun
pusat peternakan kadal gurun; lucu lucu, penuh nyali hidup
Cakrawala
di tiap senja dibuat malu, bersimpuh di puncak rumpun bambu, bisu
Senyum
tulus menyalakan matamu:
Bangkit,
tanpa menghitung waktu,
berburu
sesuatu yang tak menentu:
entah
itu pikiran gugur
Jika
mendengkur, kuncilah pintu,
nyalakanlah
dupa gaharu,
taruh
sesajian di dekat kasur,
harum
bubur merah putihnya
itu
penghibur, mulya ditempa godaan, damba pun di kubur batu kapur,
aku
mengagumi tembakau Garut,
aromanya
betah bertahan di kabut
berlepas
diri mempercayai embun,
“daun
itu dapur semua air”, katamu, berkamar di akar, menyucikan ceruk
Ah
negeri ibu Cicih kerap didustai,
meski
lahir dari senyum dua musim,
Sejarah
bangsa dikawini politik, ingatan si tua dihamburkan angin,
pelukannya
– jahat; makanannya janji Maut singgah di roda – roda mobil,
punya
si sepi lupa diri, lari sembunyi
Waktu
saja teguh menemani abadi,
semua
bunyi hilang di hati, terhenti.
Tuhan
mengutus Pemahat Sunyi:
malamnya
wangi
tak
lebih daun suji
bayangan
kaki
sahabat
baik mati
maut
mengusap alis
/Gegerkalong,
1 Juni 2021
PENCARIAN
pencarian
tak berujung,
pelahan
mata tertutup kabut,
hujan
menyertai tabuhan degung
Dimanapun
dingin itu pemburu ulung,
tetesan
pertamanya di daun,
dicatat
ke larik lagu
tak
terhitung meski tak gaduh gunung, sungai, laut, lembah
dan
jantung berdegup setuju mengakui dan mengangkat kolam
sebagai
gudang penyimpanan
Yang
Tak Berujung selalu tepat janjinya:
di
rahim bunda ketika tidur lelap.
pencarian
berujung di malam 14 bintang,
sangat
dirindukan nelayan handal,
tenang
mengayuh, ombak pun segan,
membagi
senyuman di pantai
keadilan
dimulai dari dedaunan
Selamat
Bung mendapat bintang!
/Gunung
Bentang, 2 Juni 2022
GRADASI
WARNA ITU JIWA
di
mayapada
ditutup
banyak warna
jaga
di terang
jalanan
senyap
ribuan
laron datang
terkurung
cahya
siapa
gelap
nyalakan
lampu teras
wajah
bacaan
banyak
cinta berwarna
satunya
jalan kita
lalu
berwarna
kanvas
diberi gambar
lukisan
alam
Tuhan
perkasa
diri
pohon berjalan
di
kediaman
nampak
jalan tikungan
luruskan
pandang
hidup
suara gema
terkuak
cakrawala
karena
Engkau
warna
lukisan ada
garisan
pulau
ombak
datang bertanya
bahteramu
mana kawan
tak
lebih cinta
dimanapun
tersayat
malaman
indah
melembutlah
hai jiwa
aku
ragamu sayang
berderak
dahan
tanah
sungai kerontang
hutan
di badan
siapa
tanya
matahari
jawabnya
gelombang
pasang
ya
sudah diam
renungan
tepi kota
jalannya
desa
desa
lampunya
ibukota
pantulan
sinar
maknanya
mengapa
diam
daratan
itu rumah
hujan
angin musiknya
sampaikan
sajak
tetes
embun melesap
flamboyan
marak
tak
usah gagap sayang
sini
matamu kuusap!
lengkung
pelangi
mawar
masihlah wangi
tidur
di mimpi
Padalarang,
6 Juli 2020
SITUS
batu
terkubur
lumut
tebalnya biru
jejaknya
situs
kisah
panjang jiwaku
tertiup
angin gunung
belahan
batu
kaki
belalang tempur
tersangkut
lumut
/Padalarang,
2020
TARIAN
NAPAS*
Tarian
napas, penderitaan hilang
Menari menyatukan yang terserak
Dalam
lingkaran perbedaan, tak kekal
Putih, hitam, coklat, kuning, merah,
Warna
yang fana, maya ciptaan rasa
Di
lekuk tangan, bisu, lenguh, oh raja.
Siapa
yang bertepuk sebelah tangan,
Menari
sendirian, buang kekosongan
Di dunia manapun kau reguk madu;
Racunnya adalah kedengkian
Cawannya
dari tulang belulang anak korban perang Yaman dan Suriah,
Puing-puingnya Libya, Palestina, Gaza lumat
dikunyah pemakan hati Hamzah
Tiada
tersisa selain payudara,
Pasir
gurun di mata orang kulit hitam
Ia pantang makan saat gembira;
Berwajah banyak di tanah desa,
Sulit
dilukis, tak bisa dibayangkan
Tanyalah jiwa pengembara
Lautannya
itu perut lapar
Hentak
kakinya, musik malam pekat
Seribu
bulan tak mampu sucikan doa
Kita
hewan melata; tariannya terlupa
Ada
harapan-dihibur riak kolam tua
/Padalarang,
3 Januari 2023
*puisi
eksperimental