HANYA DI PUISI
Hanya di puisi
sebuah desa terasing tempatku bertani. Jalan-jalannya licin saat hujan,
bau tanahnya seharum badan kekasih
Ilalang, ya ilalangnya dibawah purnama ujungnya mengusap mata Hanya di puisi tak mau dirayu diperkosa
Lugu namun bijak
“Siapa yang berujar ini bukan penyair? oh seorang petani di kebun hening”
Hanya di puisi
menuju batu situs lambang tahu diri menolak diinjak dan hati tak dikotori
“Lalu, siapakah kamu datang sendiri? pergi tanpa permisi, hujan saja mengerti. Ya sudah, menulislah sebelum mati.”
Hanya di puisi
nyawanya dihembuskan di larik-larik ada kematian yang tak membuat tangis, sebagian arti tersimpan di kata misteri.
Padalarang, 14 Desember 2020 – 2022
PUISI TAK INDAH BILA BERKABUT
Puisi tak indah bila ditulis selagi kepala berkabut, menatap sayu daun berembun di kebun bawah pohon jambu,
bunga-bunganya gugur di rambutmu, jatuh di kursi bambu, kini rapuh
dengan catatan rindu eraman waktu,
ditiup angin – balik ke tanah, melebur, langkah kakimu makin jauh, bisikmu pun telah jadi lagu.
Puisi tak indah bila ditulis selagi kepala masuk angin, sukacita berlarian di hening
menghindar dari malam dingin – beradu raga – mengusir sangsi, pelukan punya arti di tepian hening. Kau kembali ke kampung lahir, bertemu lagi bawa aroma melati,
tak terhapuskan di kemarau – di hujan, di hempasan angin selatan Kejelitaanmu itu puisi yang dibacakan di panggung benderang,
melintasi tahun gaduh, tiada takut, sinar tepiskan remang remang, bara hangat dalam kenangan,
api abadi disimpan di batu hitam, di napas Adam ke telinga Eva, sebelum telanjang,
sorga masih di genggaman, sebelum sujud meratapi kehilangan.
Puisi tak indah bila diteriakkan selagi mulut masam berdoa hampa Pintu rumah penyair terbuka indah, penghuni lembah berbunga liar Hati itu sehelai sayap lepas,
di hempas angin, melayang
bila jatuh di kolam, mengambang, puisi berkabut mencatatnya.
Desa Padalarang, 4 Februari 2024
CINTA MAUT
Mengapa berada di teras setiap hari, mengeringkan rambut ikal mayang, sorot matamu menembus hati,
aku silau, o kaca kena surya, Kemarilah pujaan alam!
Disinari mentari,
senyuman manis sulit dilukis pudarkan mimpi yang berkabut tipis, saatnya nanti semua berakhir di bumi,
pandang dulu aku! Rengkuh diriku ini, bawa ke kedalaman paling suci hening, Lepas dunia maya, keluar dari daging,
prinsip lebih berarti dari berahi, Kemarilah dambaan lelaki sejati!
Ambil mimpi, cuci bersih di hatimu, keringkan rambut panjang liarku, Sehalus lumut, batu purba tunduk
Oh, mati kutu ragaku di lengan lembut, sukma menggelinjang depan tungkumu, Cairlah darah, jadi sungai beriak merdu.
Bukit Padalarang
PUISI YANG GAIB
Seringkali saat menulis puisi,
kata-kata menari, bernyanyi di bait-bait,
huruf tersenyum simpul menghampiri Kadang raib, tak kembali, jadi teka teki mungkin nyaman tinggal di alam gaib.
Sesekali bayangannya datang berbaris, mau kulamar jadi istri; dipeluk diciumi, eh hilang di riuh pasar, di bising ingin,
sayup terdengar masuk gang hening, celaka aku bertepuk tangan sendiri; Ya dewiku, ya dewi, maafkan jika ngiri,
ini waktunya merdekakan diri di bumi Segalanya tak kecuali: impian semusim
— Kamu tepatnya dimana kini?
Cimahi, Maret 2024
KEMATIAN PENYAIR
a/
dalam hening, aku tak percaya
keramaian berbicara semua bergerak di senyap
bising pun teratur, panas liar seperti hujan menghibur tanah kemarau dibangun udara panas jiwa bertingkah bagai perawan kota
Siapakah memerintah menulis sajak?
b/
secercah cahaya itu penerbit
Lukisan dinding kampung miskin warnanya setipis alis, pendamping pergi,
semangat yang diberikan ke anak tak kan bisa mati, ia api simpanan
Gambar sampul buku merah bergaris Sinar matamu keluar dari gairah hidup
aku sulit tertawa, memilih menangis isyarat maut lembut menjemput serasa masih terlihat duduk
Suami terakhirnya penyair Akukah puan sepi ini?
c/
nyanyi petani seberkah lima jari lumpur ditanami padi tangis iklas lepas puisi
d/
si bernas tak lagi merunduk
si hampa selalu saja tak tunduk “zaman ini bukan milikku”, bisikmu Setetes air jadi cahaya di daun unggul tatkala diciumi kabut Adakah aku di surga yang berlagu?
Kabuyutan Gegerkalong, 1-4 Agustus 2020
KOTA YANG GELISAH
Kata bermekaran
Senyum simpul beterbangan Kursi meja saling menghangatkan
Mata puluhan tahun menyimpan berbagai kenangan pelukan Tiada kebosanan mengusap
di rambut lurus panjang: Beragam ombak sudah diatasi Raga di cafetaria kopi,
sukmanya melenggang di bumbu roti
orang miskin terlihat mengecap jari,
pemukim di sudut toko gegas pergi, mencari nasi sisa si penyinyir yang kerap membelai kucing saat dingin
Pemberontakan diberi angin basah, leluasa keluar masuk ibukota,
tidak mengusir kemungkinan mati
di sela pebisnis saham dan pemimpi
“Setiap malamnya kembali gadis, sinar lampu-lampu itukah selalu mengencangkan kulit?” Kaki kursi ketendang, meringis;
“Duh aku lupa janji di rahim ibu, lebih baik – lebih kuat dari dunia ini”.
Ah, sedikit tipuan lebih mending
dari bualan para koruptor beristri hedonis.
Di atas meja
rencana tinggal angka warnanya dikawini digital
Tuhan senang ke amal setenang kolam Ow mata sembab tertutup asap
Percayalah, Monumen Nasional tak akan cemas dilepas meski terluka,* puncak emasnya dileburkan di puncak menara Eifel
Paris bising, gelisah kurang darah:
— Sambutlah! Kesendirian kutembak, Lihat! Hancur larut di buih kopi panas.
Kota Bandung, 27 Desember 2022
RIWAYAT PENYAIR
Jang Sukmanbrata, lahir di Bandung, 17 Agustus 1964. Karya puisinya beragam genre: lirik, balada, tanka, haiku dan puisi eksperimental. Di buku antologi puisi Pesisiran & Rantau & Raja Kelana DNP; 2019
– 2020 dan th 2022 dan di beberapa buku antologi puisi kolektif. Sejumlah 30 haiku-nya dan puisinya di muat koran PosBali, NusaBali, KR Minggu Yogya, Pikiran Rakyat dll, di majalah-majalah budaya dan majalah2 NGO Indonesia dan Asia. Puluhan karya tanka dan haiku-nya di buku antologi Newhaiku, artikel, esai dan puisinya tersebar di Medcet, majalah digital dan medsos. Buku kumpulan puisi tunggalnya berjudul Merjan Kemuliaan terbit pada Agustus – September 2023.
Kini tinggal di Padalarang Bandung Barat.
Buku kumpulan puisinya; Merjan Kemuliaan terbit Agustus 2023. — Hp.WA: 089668931713