DI PINGGIR KOTA MALAM
Aku di sini berharap satu untaian kata dari jalan-jalan malam
Lalu,
Duduk mengepulkan asap
Ide-ide berleburan seraya menyeruput
Secangkir manis pahit kehidupan
Suka duka
Dari para penjaja makanan
Berhamburan di tengah malam
Harap-harap seruputan kopi
Mampu menarik pemuda pemudi
Menara Teratai, 6 Mei 2023
SELEPAS JAUH
langkah yang kutempuh
hanyalah tanaman tanpa air
kering tak bertenaga
tatapan pun hanyalah
tiang-tiang tanpa listrik
yang menyalakan rumah-rumah
salamku
membisukan suara-suara jangkrik dan serangga
di sana aku melihat cahaya yang menjauh
pergi dan hilang
karena malamku kini hadir
tanpa purnama
Purwokerto, 4 Mei 2023
TOKOH DIATAS PANGGUNG HIBURAN
aku terlahir dari
gersangnya dunia
di mana mata-mata manusia tertutup
oleh hiruk-piruknya debu-debu kebohongan
bahkan panggung realita dianggapnya sebagai hiburan hingga tumbuh tawa-tawa malam
berlabuh menjadi jiwa
aku tidak tahu
nyanyian mana yang membuatku tunduk setunduk-tunduknya pada semesta raya
sampai aku berjalan
menyusuri setiap napas kehidupan
berakhir di peraduan
dan terbaring pada kematian
Purwokerto, 22 Mei 2023
SAAT SENJA BUKANLAH JINGGA DI MATAMU
#1
Dari lingkar diskusi yang kuselami kemarin
Berleburlah warna merah, biru, abu-abu
kuning, oren hingga berhimpun jadi hitam
Wajah manis itu terlihat sayu
Saat ukiran kata terlontar
Dari lisan di sampingnya
“duri tetaplah duri yang legam
Dan menancap pada luka”
Mengalir sudah ingatan
Pada kali pertama ia menuai kata
Padahal ia menabur
Hangatnya tawa mewarnai setiap duka
Saat lingkar-lingkar kata
Senja hadir di dalamnya
Namun, hujan sering kali menutupi
Pada lensa-lensa mata menyorot
Angkuh melukiskannya
#2
Kabut turun
Saat siang membentang
Suara dan kabar banyak bertebar
Kini ia termenung
Pada suara-suara keadilan
Bersama kacamata kebijakan
Yang terbendung
Pada kebencian-kebencian
Terukir
Purwokerto, 11 Juni 2024
POHON RINDANG
Aku adalah pohon rindang
Yang kau datangi
Kala panas perlahan datang
Aku hamparkan ketenangan
Pada buah-buah manis bergantungan
Angin sepoi aku sajikan
Pada senja yang senantiasa berpamitan
Hari ini apa kabar?
Kini tas dan bukumu tak pernah sampai
Pada kursi-kursi taman yang terpajang
Saat kau mulai bertebar senyum
Pada kawan-kawanku yang diratakan
Di rumah-rumah atau gedung impian
Dan kau datang
Saat senjamu mulai datang
Pada wajah, tangan, dan tubuh
Yang terlukis pada tongkat di tangan
Karangklesem, 31 Mei 2024
RIWAYAT PENYAIR

Umi Kulsum binti Jaenudin, berasal dari Garut, Jawa Barat. Sekarang, dia sedang menempuh Pendidikan S1, Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Dia turut aktif di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Selain itu, dia aktif juga di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Tarbiyah Komisariat Walisongo UIN SAIZU. Karyanya dimuat di buku kumpulan cerpen tiga paragraf “Secangkir Kopi di Pagi Hari” yang berjudul “Pangeran Impian” dan dimuat di Buku Antologi Lomba cerpen “Sahabat Bersama Sampai Syurga”.