JEMURAN
Seorang santri hatinya berdansa, ketika:
Merengkuh hati ibunya di saat bersambang
Mengemas rindu saat malam menjelang liburan
Dan memeluk jemuran saat kering, siap pakai
Purwokerto, November 2024
SANTRI
Sukses menikam dunia dengan runcing pengetahuan
Aktif menganyam harapan meski dicabik-cabik zaman
Nasionalisme menjelma jantung yang terus berdenyut sejauh waktu bergelayut
Toleransi seumpama bola matanya yang memandang gersang tanah sebagai hijau sabana
Religius seperti alas kakinya yang menapaki bumi dengan tuntunan ilahi
Inspirasi dituai dari kaki ke kaki
Purwokerto, November 2024
TALI JEMURAN
Di bawah naungan terik mentari
Di bawah riuh hujan badai
Seutas tali jemuran terjaga
Tabah dan istikamah
Digantungkan padanya
Seabrek pakaian berlinang air mata
Memikul sekuntum gelisah
Mengandung sehimpun keluh kesah
Selepas kering, pakaian pergi jauh
Meski akan kembali membawa segenap peluh
Menanggalkan kesedihan
Meninggalkan tali jemuran
Purwokerto, November 2024
KANDANG JANGKRIK
Aku menyesal sewaktu sesaat sebelum belia
Meminta kandang Jangkrik kepada Mama
Dengan mulut menyulut api
Dan sepasang mata menghunjam sunyi
Karenanya, hujan deras turun dari pelupuk matanya
Sampai luruh seluruh
Membanjiri teduh sekujur rumah
Oleh sebab itu,
Kekasihnya menghadiahkanku
Sebuah kamar dengan pintu tertutup kaku
Purwokerto, November 2024
DI DEPAN MEJA KEUANGAN
Jumat yang kuyup oleh rindu
Menuntunku ke Jogja yang basah
Kegelisahan mencuat seiring waktu memucat
Langit kian lindap, menikam sebatang semangat
Puisi membawaku ke meja keuangan
Di kantor surat kabar, hati bergoyang
Memeluk honorarium di ujung rindu yang ranum
Riang berdansa, bersama secarik nota
Yogyakarta, November 2024