PERPANJANGAN
Jika teleskop adalah perpanjangan mata
untuk melihat bulan dan bintang
Jika telepon adalah perpanjangan suara
untuk menyuarakan kerinduan
Jika sendok adalah perpanjangan tangan
untuk merengkuh bakso dan soto
Jika buku adalah perpanjangan akal
untuk menyegarkan pikiran dan ingatan
Maka doa adalah perpanjangan cinta
untuk bekal mengarungi lautan suka dan duka
Purwokerto, Januari 2025
SELUAS DAN SEDALAM LAUTAN
Seorang guru tak ubahnya harus
menjelma seluas dan sedalam lautan
Terhampar panjang-lebar
Membentangkan sabar
Direlakannya jala-jala muridnya
yang silang sengkarut
Meraup ikan-ikan kecil maupun besar
yang terhimpun dalam sunyi hatinya
yang terkandung dalam hening keningnya
Namun, ia setabah lautan
menerimanya dengan hati terbuka
serta dada yang samudera
Purwokerto, Oktober 2024
MENUNGGU SETENGAH JAM
“Setengah jam lagi ke sini,” katamu
Langkah kakiku beranjak mundur
menapaki semangat mengikuti perintahmu
Telah lama aku bercumbu dengan waktu
yang pada akhirnya hanya meninggalkan
remah-remah risau dan serumpun pilu
Sembari menunggu, aku bersandar pada dinding penyesalan
Menatap jam dinding yang melengking
Tebersit, ingin memutar mundur jarumnya
Melihat jajaran tanggal di hamparan kalender
Terlahir rasa ingin membaliknya jauh kebelakang
Purworejo, Februari 2024
MEMELUKMU DALAM PUISI
Sepulang dari menabung pundi-pundi kenangan
Tanganku tiba-tiba serupa anak panah yang baru saja lepas dari busurnya
Beradu dengan waktu
Bergulat dengan ingatan
Ingatan selamanya tak sesempurna
pena, kata, dan puisi
Sekalipun demikian, puisi masih tak cukup piawai
Memindai rasa yang meletup-letup di dada
Tapi harus bagaimana lagi?
Untuk saat ini
Hanya ini yang bisa kusiasati
Memelukmu dalam puisi
Purbalingga, Februari 2025
BERANGKAT SELAPANAN
Matahari mencium ubun-ubun
Namun di kepala hanya gendang kerinduan yang berdentum
Langkahmu seumpama langkah prajurit di medan perang
Pedang di tangan kanan
Perisai di tangan kiri
Sedang senyumnya, terpahat gamblang di lubuk hati
Kemenangan milik mereka
yang mampu memangkas jarak
yang tak nampak
Sedang keberuntungan milik mereka
yang bisa menumpas jarak
yang nampak
Purworejo, April 2025
RINDU GURU
Pagi yang seharusnya
berselimut hangat kenangan
berbaring di atas harapan di musim hujan
Kali ini berperang melawan mentari
mengkerdilkan menara kokoh yang bercokol di dasar hati.
Pagi hari yang terbuat dari serpihan mimpi semalam
Menuntunku menuai rindu yang kelewat masak
Dimatangkan oleh waktu dan jarak.
Diberangkatkan oleh getaran rindu
Sebuah perjalanan ke Timur
dari Kebumen Beriman
ke Purworejo Berirama
Kebumen, Februari 2024
PERPUSTAKAAN JALANAN KEBUMEN
Di pinggir jalan bersama denyut trotoar
Buku-buku mencari kutunya
yang hilang di telan media sosial
Sudah kesekian malam datang
Buku hanya memeluk kesunyian
Sesunyi hatimu
sewaktu sibuk menanggung rindu
Buku-buku seakan hendak angkat bicara
“Peluklah aku sehangat kau merengkuh tubuh Instagram!”
Kebumen, Juni 2024
SELEMBAR PUISI
Ia ngos-ngosan menenun selembar puisi
Diambilnya seutas kata dari tragedi
Merajutnya dalam tenang secangkir kopi
Bahkan sampai ke ruang tersunyi.
Kamar mandi
Malam yang sederhana
Di bawah naungan purnama
Ia berkata:
“Lama tak berkencan dengan kata
Sekalinya berkencan, tak lama”
Kebumen, Juni 2024
BIODATA PENULIS

Fajrul Alam, lahir di Kebumen, Februari 2001. Kecanduan kopi dan gorengan. Menulis puisi, resensi, dan esai. Saat ini seorang guru honorer dan berkegiatan di SKSP (Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban) Purwokerto. Karya-karyanya terbit di beraneka ragam koran, buku antologi puisi, majalah, dan media online. Buku antologi puisi pribadinya yang pertama, berjudul Resep Bahagia (2025). Bisa disapa via IG: fajrulalam_ dan WA: 085799227840.