TANYA YANG MENCARI JAWAB
Manusia adalah kumpulan tanya
Mengembara di jalan ketidakpastian
Benarkah? salahkah?
Di simpang-simpang kehidupan
Singgah sejenak, lalu pergi
Mengejar makna yang tak selalu nyata.
Mereka berjalan, terus berjalan
Menyusuri belantara ragu
Dibayangi gelap yang enggan luruh
Tangis menjadi sungai di dada
Mengalir bersama harapan
Pada satu kata: jawab.
Di ujung pencarian, manusia menunduk
Sebab jawab tak selalu nyata
Namun di balik segala tanya
Ia tetaplah
Maha Penjawab.
Garut, 24 Maret 2025
RESEP PUISI
Ada puisi yang enggan ditulis
Bersemayam di benak, mengendap di hati
Enggan mengalir deras di jemari
Hanya berputar-putar, mencari waktu yang pasti
Ia tak lahir dari paksa
Tapi tumbuh dalam sunyi yang matang
Dari pupuk kata yang kau tabur di jiwa
Dari cahaya yang kau serap dengan mata
Kau suapkan sepiring metafora
Menyesap secangkir diksi yang hangat
Hingga larik-larik pun menjelma
Menjadi puisi yang sempurna
Garut, 23 Maret 2025
PELANGI DI MATAMU
Semenjak kau duduk
Pada lembaran kertas
Pada jendela-jendela
Kini kau hanya mengucap
“Aku rindu”
Menaburkan kalimat-kalimat
Hingga menjadi buku
Di balik dinding
Memanglah sunyi
Tak ada tawa ayah bunda
Namun mengalr doa
Dari segala penjuru arah
Kau ukir
Dari tahun ke tahun
Tangis demi tangis
Ia jahit
Di sulam pula
Benci, canda rindu
Yang terngian
Menjadi
Pelangi
Yang memancarkan
Keindahan
Di mata ayah ibu
April 2024
SEHELAI RINDU
Negeri Sudan Menarikmu datang
Saat dermaga salam baru saja pulang
Ukiran rindu terpaut
Di buku harianku
Ungkapan yang ku tuang
Dari segelas percakapan
Kita tadi malam
Membawaku masuk
Menuju ikatan yang tak terlihat oleh akal
Balutan benang rindu
Terpancar dariku
Kau dari arah yang berlawanan
Hingga berbuah
Selembar kain
Yang mampu menarik
Kau dan aku menjadi satu
Purwokerto, 2 Juni 2024
WARUNG HARAPAN
Sesekali aku ingin menyelam
Pada lautan malam
Agar sedih, duka yang terhampar
Segera tergulung ombak dan hilang
Meskipun tak ada ikan yang berenang
Atau suara burung berkicauan
Setidaknya nyala lampu tetap setia menjadi kawan
Aku berjalan keluar
Banyak doa-doa tumbuh di pasar
Pemuda keluar dari penjara kesedihan
Banyak juga mereka manaburkan
Harapan ajakan untuk singgah
Pada warung kehidupan
Di sana banyak orang datang tanpa membawa uang
Berharap ia di layani
Di dengar
Dan di beri solusi
Pemilik warung
Menghidangkan ketenangan
Lalu mereka pergi
Dengan sekotak harapan
Senyuman
Purwokerto, 28 Oktober 2024
RIWAYAT PENYAIR
Umi Kulsum binti Jaenudin, berasal dari Garut, Jawa Barat. Sekarang, dia sedang menempuh Pendidikan S1, Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Dia turut aktif di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Selain itu, dia aktif juga di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Tarbiyah Komisariat Walisongo UIN SAIZU. Karyanya dimuat di buku kumpulan cerpen tiga paragraf “Secangkir Kopi di Pagi Hari” yang berjudul “Pangeran Impian” dan dimuat di Buku Antologi Lomba cerpen “Sahabat Bersama Sampai Syurga”.