Pelabuhan Nirwana
tak terhitung
sudah berapa banyak waktu yang dipanggul
melihat, meraba, merasa
terasa berat, dipinggul
kembali, menghitung jemari,
barangkali dua jam lagi
akan sampai.
di pelapuhan nirwana,
tempat pertama kali, aku dan kau bertemu
sejuta tanya terus berkeliaran di kepala,
apakah kau masih sama?
entah, aku seperti diadu domba oleh firasat
bahwa kau, kelak akan melesat
walau begitu,
tak ku hiraukan
tak mengapa, aku kan tetap berlayar
menyeberangi lautan asmaraloka,
dan menemuimu di ujung sana
sebentar saja,
bersitatap denganmu adalah bahagia yang tak ternilai harganya
sebelum pada akhirnya,
ombak kembali membawamu berenang di kedalaman,
lebih dalam, semakin menyelam
susah payah, aku mencarimu
tapi, tak jua ku temukan
dimana kau?
lekaslah pulang,
agar aku tidak terus menerus dihantui bayang-bayang
Pekalongan, Januari 2025
Sebelum Maut, Datang Menjemput
suara hembusan anila yang datang menerpa,
memekik gendang telinga
inikah pertanda?
sebelum musibah datang melanda,
banyak pasang mata manusia sedang sibuk dengan dunianya
ada yang menari di atas pelataran,
ada pula yang menjahit senyum dengan peluh yang merajam tubuh
“aku belum siap” ucapnya
siap atau tidak siap,
gelombang dahsyat itu kan tetap menetap
kilau cahaya yang lenyap,
berganti petang yang melayang-layang
tepat di ujung kelopak mata
sementara di sana?
beberapa orang sedang mencari sanak saudara,
beberapa lainnya sedang menyulam retislaya yang menjala daksa,
dan sisanya, tinggal sebatang kara
apa ini?
tanpa aba-aba,
memporak porandakan isi dunia
dalam sekejap,
disulap hirap
seketika terbangun dari tidur panjang yang melelahkan,
inilah duniawi yang tak pernah ada jedanya, sebelum maut datang menjemput
Pekalongan, Januari 2025
Tatap Semu
andai waktu bisa bicara,
mungkin ia akan mengatakan betapa berharganya detik yang telah terbuang,
tanpa pergerakan yang membawa kebermanfaatan
andai waktu bisa diulang,
mungkin tak akan ada lagi penyesalan yang menjulang tinggi,
tak akan ada lagi kerisauan sebab ulah sendiri
bahkan meresapi pikir pun enggan,
sebab merasa malu dengan jarum jam yang kian menatap dengan penuh intimidasi,
seolah bertanya
“kau kemana saja selama ini?”
entah, jawaban apa yang harus dilontarkan
bahkan sekedar menyebut satu kata pun seakan terpaku
terdiam dan hanyut dalam tatap semu
Pekalongan, Januari 2025
Di Ambang Batas
bumi seperti sedang kelelahan,
karena menanggung beban yang berlebihan
di mana-mana,
musibah merajam manusia
mengobrak abrik tatanan alam semesta,
di beberapa wilayah,
kerusakan melimpah ruah
ketika tanah meletupkan amarah,
bumi diguncang habis-habisan,
lalu lalang jalanan pun beterbangan
gedung besar yang menjulang tinggi itu, telah hancur lebur
harta, benda, dan nyawa telah lenyap begitu saja
hanya tersisa jiwa-jiwa yang kosong
menatap kepingan benda yang berserakan
pun mayat-mayat manusia yang bergelimpangan
entah apa namanya?
musibah ataukah petaka?
apapun itu, bumi telah menunjukkan kerapuhan yang berada di ambang batas,
antara kehidupan dan kematian
Pekalongan, Januari 2025
Hujan adalah Sebuah Kemenangan
malam sedang menyulam kabut
menariknya hingga ke ujung rambut
bintik-bintik tirta yang mengucur deras
menepi di atas pijakan bumi
saat itu pula, peluh telah luruh tuntas
tak ada lagi jeritan duka yang menjeremba
hanya tersisa rintihan diksi yang menggelora
menggema di setiap lantunan doa
saat ini
nestapa, telah tertimbun
terkubur bersama hujan yang menitikkan bintik embun
setetes demi setetes
embun mengguyur kening
basah,
benar basah
mungkin nanti, aku akan membilasnya kembali
dengan air hangat
atau bahkan air dingin
melebihi dinginnya sikapmu yang bersikukuh menyaingi hujan
meski begitu,
tetap saja, hujan adalah sebuah kemenangan
karena hujan, telah meluluhlantaskan bayangan yang tak bertuan
Pekalongan, Januari 2025
RIWAYAT PENYAIR

Hazuma Najihah, lahir di Pekalongan. Alumnus UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, mengambil konsentrasi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Penulis buku solo: Perjalanan Srikandi Merakit Mimpi dan Sepucuk Rindu di Ujung Lembayung. Serta beberapa buku antologi bersama. Beberapa karyanya seperti artikel, cerpen, puisi, opini, dan esai, sudah termuat di berbagai surat kabar baik media online maupun cetak. Kesibukannya saat ini yakni menjadi tenaga pendidik di SD Negeri dan SD Swasta daerah Pekalongan. Penulis, bisa dihubungi melalui email hazumanajihah87@gmail.com atau bisa disapa lewat akun Instagram @hazuma_najihah.