Kirim Karya

SKSP Book Store
No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan
No Result
View All Result
SKSP Book Store
No Result
View All Result
Home Resensi

Tapak Sabda dan Upaya Menjinakkan Filsafat di Bumi Nusantara (RESENSI)

Admin by Admin
19 Agustus 2025
0
Tapak Sabda dan Upaya Menjinakkan Filsafat di Bumi Nusantara (RESENSI)
Share on TelegramShare on WhatsappShare on Twitter

Judul: Tapak Sabda;

Pengarang: Fauz Noor;

Penerbit: Pustaka Sastra LkiS Yogyakarta;

Tahun Terbit: Cetakan pertama September 2004, cetakan kedua April 2009, cetakan ketiga Juli 2010, cetakan keempat Mei 2011;

Deskripsi Fisik: xv+562 halaman; 13 x 20,5 cm;

ISBN: 979-3381-66-4;

Subjek: Fiksi Indonesia;

Bahasa: Indonesia.

Bagi segelintir insan, bersua dengan filsafat ibarat melancarkan peminangan rasa (pdkt). Perlu laku arif dan tatacara tersendiri. Keliru dalam ikhtiar mendekatinya, kita akan terjerembab dalam miss understanding—ini berbahaya. Terlebih, bila haluan yang diwacanakan dimaksudkan sebagai sendi penghidupan. Sungguh jenaka rasanya, kita menjulang wacana perihal Egoisme, namun menyangka bahwa itu merupakan kewajiban untuk menjadi insan yang berpribadi tunggal (individualisme). Dalam laku nyatanya, menuntut filsafat jelas meniscayakan buah dari timbang-tara budi kita. Ia dapat menjadi alat melenting elok—itu tuahnya. Celakanya, ia pun sanggup mengutuk penggumulnya menjadi kerak-kerak sesat pikir.

Maka dari itu, pengajaran filsafat seyogianya tidak sekadar dihamparkan dalam barisan dalil kaku dan sukar dipahami, melainkan dihidangkan dalam bentuk yang ramah diterima pikiran—lewat kisah atau tamsil sederhana. Sebab pada watak dasarnya, filsafat adalah gelanggang perjumpaan antara tertibnya akal dan halusnya rasa. Tanpa keseimbangan keduanya, filsafat mudah berubah menjadi pentas kesombongan, tempat orang menandingkan gagasan hanya demi memenangkan lidah, bukan memenangkan budi. Padahal, yang dicari oleh penggumul sejati harusnya adalah kejernihan pandang yang dapat memandu laku hidupnya.

Jelaslah, kita tidak asing dengan Dunia Shopie, gubahan Jostein Gaarder—buah pena dari belahan Barat. Namun, pernahkah telinga kita berkenalan dengan novel bertajuk Tapak Sabda, karangan Fauz Noor? Kedua buku itu sejalan dengan statment yang telah ditandaskan sebelumnya: bahwa filsafat, bila dibalut dalam kisah serta tamsil sederhana, akan lekas meresap dan mudah dicerna. Adapun Tapak Sabda, jangan diremehkan hanya lantaran berbalut nuansa nusantara—justru dari situlah ia menyentuh, sebab dekat dengan denyut tanah yang kita pijak dan bahasa yang kita hirup. Terlebih ini merupakan bentuk dari upaya pengkerdilan inferioritas.

Isi

Dalam Tapak Sabda, Fauz Noor menggelar sebuah lakon filsafat yang dibalut dalam kisah. Tokoh utamanya, Sabda Sanjaya—seorang santri yang kesehariannya berkubang dalam kitab-kitab kuning, dinamika pondok pesantren, dan irama tanah sunda—tiba-tiba diguncang oleh hadirnyasebuah surat kaleng. Pengirimnya menamakan diri “Si Kata Tuhan,” julukan yang mengundang amarah, sekaligus menggoda, mengusik, dan menantang. Surat itu selain gugusan huruf juga merupakan serpih-serpih teka-teki yang menggerus kepastian dan memancing permenungan. Ia mengabarkan sesuatu yang samar antara filsafat dan Islam, membuat Sabda terperangkap dalam dilema: adakah ini ujian iman, atau justru jerat kesombongan akal?

Fauz Noor menganyam peristiwa dalam buku ini sebagai medium untuk memeragakan dialektika antara doktrin dan pencarian personal. Sabda Sanjaya menjadi simbol pertemuan dua arus: kepatuhan tradisional seorang santri dan kegelisahan filosofis seorang pencari. Melalui rangkaian dialog, tafsir simbol, dan petualangan batin, pembaca diajak mengikuti proses kalibrasi pikiran Sabda—yang terkadang melenting elok, namun tak jarang hampir terperosok ke dalam kerak-kerak sesat pikir.

Yang menarik, Fauz Noor tidak mengasingkan filsafat sebagai barang impor dari Barat. Ia mengikatnya erat pada tanah yang kita injak dan dogma yang kita hirup: bahasa sederhana, kearifan pesantren, dan ritme kehidupan kampung. Dari sini, Tapak Sabda mengukuhkan dirinya sebagai upaya “menjinakkan” filsafat agar berbicara dengan lidah Nusantara—tanpa kehilangan kedalaman renungnya.

Keunggulan

Salah satu daya pikat Tapak Sabda terletak pada kemahiran Fauz Noor mengolah bahasa. Ia memadukan bahasa Indonesia yang akrab di telinga dengan kosakata yang kini kian jarang digunakan. Sentuhan ini membuat pembaca merasa akrab sekaligus diajak berjumpa kembali dengan keluhuran bahasa yang hampir tergilas zaman. Keindahan itu semakin lengkap dengan sisipan bahasa Sunda yang disematkan secara alami di sejumlah dialog dan narasi. Kehadirannya mempertebal atmosfer nusantara yang menjadi jiwa cerita. Bagi pembaca yang tidak memahami bahasa Sunda, glosarium yang disediakan penulis membantu menjembatani makna tanpa mengganggu alur kenikmatan membaca.

Dari sisi isi pemikiran, Tapak Sabda mengurai filsafat Timur dan Barat dengan nada hangat, jauh dari kesan dingin dan elitis. Fauz Noor mengajak pembaca menelusuri pemikiran besar dunia tanpa meninggalkan pijakan budaya dan keyakinan, bahkan menegaskan bahwa filsafat adalah anak kandung peradaban Islam yang dalam sejarahnya telah memberi sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan.

Plot yang dihadirkan pun tersusun rapi dan memikat. Perjalanan Sabda Sanjaya mengalir tanpa terburu-buru, memberi ruang bagi pembaca untuk merenung di tiap babaknya. Menariknya, cerita ini tidak berakhir di buku ini saja, perjalanan Sabda berlanjut pada sekuelnya, Semesta Sabda, yang menegaskan kesinambungan semesta naratif yang telah dibangun.

Di balik seluruh rangkaian peristiwa, terselip banyak hikmah yang muncul secara alami dari pergulatan tokoh-tokohnya. Dengan demikian, Tapak Sabda adalah sarana perenungan yang layak disimpan dalam daftar bacaan.

Kekurangan

Meski Tapak Sabda menyajikan alur yang memikat dan pemikiran yang hangat, bagi sebagian pembaca yang terbiasa dengan narasi serba cepat, tempo ceritanya mungkin terasa berlarat-larat. Penggunaan kosakata yang jarang terdengar, walau memperkaya rasa bahasa, berpotensi menjadi batu sandungan bagi pembaca muda yang kurang akrab dengan ragam bahasa tersebut. Begitu pula sisipan filsafat yang kadang meruap panjang, dapat membuat pembaca yang mencari cerita murni merasa tersesat di rimba wacana. Namun, kekurangan ini sejatinya adalah bagian dari watak karya itu sendiri.

Biodata Penulis

Fauz Noor, terlahir di Tasikmalaya pada 12 November 1979, semenjak usia belia telah ditempa dalam asuhan keagamaan yang keras oleh ayahandanya, KH. Ijad Noorzaman. Usai menamatkan sekolah rendah, ia menempuh masa penggemblengan selama enam tahun di Pondok Pesantren Sukahideng Sukamanah, seraya mengenyam pendidikan di MTsN Sukamanah. Perjalanan studinya berlanjut ke SMUN Singaparna, namun tatkala jadwal pengajian siang dan sore kerap berselisih dengan waktu belajar sekolah, ia hijrah ke MAN Sukamanah hingga menamatkan pendidikan pada tahun 1998.

Kecenderungannya pada khazanah filsafat mulai tumbuh sejak duduk di kelas dua MAN, kendati tak jarang koleksi bacaannya dirampas oleh para santri senior. Dalam kiprahnya selepas masa belajar, ia tercatat sebagai anggota Dewan Pendidikan Pesantren Fauzan—lembaga yang berada di bawah asuhan ayahandanya—seraya turut menapaki ikhtiar perintisan kembali pesantren tersebut. Selain berkecimpung dalam penulisan di buletin masjid dan lembaran koran, ia pun giat memprakarsai serta menghadiri perbincangan-perbincangan filsafat, di samping menorehkan karya naskah drama bagi komunitas Teater Tapak.

Debutnya sebagai pengarang ditandai dengan terbitnya novel Tapak Sabda pada tahun 2004, disusul karya-karya lain seperti Semesta Sabda (2005), Berpikir Seperti Nabi (2009), Patung Cinta, Cahaya Muhsin (2020), Syahadah Musthafa (2020), dan Pembuka Hidayah (2021).

Kesimpulan

Tapak Sabda menjelma sebagai ikhtiar nan lantang untuk menaklukkan rimba filsafat—membasuhnya dari kesan menara gading, lalu menghamparkannya di beranda keseharian. Fauz Noor menenun riwayat Sabda Sanjaya dengan bahasa yang bersahaja namun berhulu pada khazanah leksikon yang mulai digerus zaman. Jejak nusantara kian menebal lewat selipan ungkapan Sunda, berpadu ayu dengan penguraian filsafat Timur maupun Barat. Selamat membaca!

RIWAYAT PERESENSI

Sayyid Muhamad Abdulloh Almustofa, saat ini sedang menempuh pendidikan S1 Bimbingan Konseling Islam di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Ia berdomisili di Cirebah RT 01/RW 06, Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar. Dengan semangat belajar dan berkhidmat, ia senantiasa menempatkan dirinya sebagai insan yang berusaha bermanfaat, baik dalam lingkungan pesantren maupun dunia akademik. Dalam keseharian, ia dapat dihubungi melalui nomor ponsel 0838-3242-0231 atau melalui surel di alamat tofan0747@gmail.com. Kehadirannya di media sosial pun cukup aktif, di antaranya Instagram dengan akun @syd9_ dan Facebook dengan nama Sayyid Muhamad. Dengan identitas sederhana yang ia rangkum sebagai “santri penuh waktu, mahasiswa separuh waktu, insyaallah warga negara Indonesia seumur hidup,” Sayyid berkomitmen untuk terus menapaki jalan ilmu dan pengabdian dengan rendah hati.

Admin

Admin

SKSP

POPULER

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

Puisi – Puisi Quinta Sabrina

2 Juli 2024

Tentang Redaksi

11 Juli 2024
Puisi – Puisi Tania Rahayu

Puisi – Puisi Tania Rahayu

2 Juli 2024
Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara

15 November 2024
  • Disclaimer
  • Kebijakan & Privasi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Esai
    • Esai
    • Esai Terjemahan
  • Puisi
    • Puisi
    • Puisi Terjemahan
  • Cerpen
  • Gurit
  • Galeri
  • Katalog Buku
    • Info Buku
    • Beli Buku
  • Tentang Redaksi
  • Kerjasama Korea Selatan

© 2024 SKSP - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In